Sunday 30 March 2014

Makanan - Blog Makanan di Pulau Pinang - Blogger - Blog Makanan di Pulau Pinang

Makanan - Blog <b>Makanan di Pulau Pinang</b> - Blogger - Blog Makanan di Pulau Pinang


Makanan - Blog <b>Makanan di Pulau Pinang</b> - Blogger

Posted: 22 Mar 2014 09:13 PM PDT

PENANG, orang Malaysia mengejanya dengan ejaan keinggris-inggrisan, Peneng, atau dengan sebutan lengkapnya Pulau Pinang, terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia. Kini tempat itu dapat ditempuh dengan jalan darat dari arah ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, melalui jembatan sepanjang 13 kilometer, atau dapat juga ditempuh dari Medan dengan kapal feri. Penang kini lebih dikenal sebagai kota industri dan mata pencaharian mayoritas penduduknya berhubungan dengan sektor ini. Investasi di Penang yang sangat pesat menjadikannya sebagai salah satu kota terbesar diMalaysia.

Pantai dan alamnya yang indah menjadikan Penang juga dikenal sebagai salah satu tujuan wisata utama di Malaysia. Pernah dikenal dengan julukan Pearl of the Orient, Penang bukanlah pulau asing bagi masyarakat serantau (Nusantara dan sekitarnya). Pusat kota Pulau Penang terletak di pesisir pantai yang dikenal dengan nama Georgetown. Tempat ini hingga kini masih menyisakan eksotisme kota lama, dengan arsitektur dari berbagai bangsa dan etnis.

Salah satu yang menarik adalah enklave Lebuh Aceh di jantung Georgetown, berhadapan dengan enklave Kuil Khoo Kong Si. Lebuh Aceh ini memiliki luas 66.000 kaki persegi dengan masjid sebagai penandanya. Sementara permukiman dan rumah kedai mengelilinginya sehingga membentuk perimeter block dengan masjid dan ruang terbuka di tengah-tengahnya.

Pada waktu itu orang-orang Aceh banyak sekali berdagang di Pulau Pinang, kalau bagi orang yang baharu datang seperti Teuku Nyak Putih, tidaklah akan merasa sunyi, Setelah beberapa hari Teuku Nyak Putih berada di Pulau Pinang, ia telah merasa bahawa dia bukannya sampai di satu tempat yang baharu, melainkan di salah sebuah kota besar di negeri sendiri. (Abdullah Hussain, 1984)

Sejarah masjid dan enklavenya ini berawal dari tahun 1792. Ditandai dengan kedatangan pendirinya, yaitu Tengku Syed Hussain Al-Idid, seorang bangsawan dari Aceh keturunan Arab dari Hadramaut, Yaman, yang kemudian menetap di Penang. Tengku Syed Hussain Al-Idid ini kemudian menjadi pedagang Aceh yang kaya dan sukses ketika Penang baru dibuka oleh Kapten Sir Francis Light pada akhir abad ke-18.

Dengan kekayaan yang dimilikinya, Tengku Syed Hussain Al-Idid dengan bantuan keluarga dan pengikutnya membuka kawasan di Lebuh Aceh. Dia mendirikan masjid, menara, rumah kediaman, deretan rumah kedai, Madrasah Al Quran, dan kantor perdagangan. Bagi masyarakat Aceh khususnya dan Nusantara umumnya, Penang bukanlah sebuah tempat asing. Snouck Hurgronje, ahli ilmu agama Islam yang menuliskan catatan tentang Aceh pada tahun 1892 pun menyatakan bahwa Bagi masyarakat Aceh, Penang adalah gerbang menuju dunia dalam banyak hal, terutama juga untuk memasarkan produk mereka langsung menuju Eropa.

Kejayaan masyarakat Aceh di Penang tidak terbatas hanya pada masa Tengku Syed Al-Idid, tetapi selepas kematian beliau pada pertengahan abad ke-19, perkampungan ini terus berkembang maju dan telah mencapai kegemilangannya hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Teuku Nyak Putih, ayahanda seniman legendaris melayu P Ramlee pun adalah satu di antara banyak orang Aceh yang sukses di Penang.

Keharuman nama para pedagang Aceh di masa silam ini terpancar pula dari keindahan arsitektur masjid ini. Arsitektur Masjid Lebuh Aceh ini cukup unik karena merupakan gabungan dari gaya Moor, China, dan Klasik. Menara persegi delapan yang berada di sisi utara tepat di pintu masuknya berbentuk seakan pagoda China. Sementara gaya Moor terlihat dari lengkung dan juga plester yang menghiasi dinding dan bagian mihrab. Tiang Klasik berukuran besar tampak menghiasi beranda masjid ini yang lebih mirip seperti pendopo masjid-masjid di Sumatera dan Jawa. Sebagaimana masjid-masjid kuno di Nusantara lainnya, di belakang masjid ini berderet makam orang-orang yang berkaitan erat dengan masjid ini, termasuk Tengku Syed Al-Idid sendiri beserta kerabatnya.

Berbeda dengan masjid yang seluruh dindingnya menggunakan batu bata, kebanyakan rumah tinggal di Lebuh Aceh justru mencerminkan rumah tradisional. Bahan dinding didominasi kayu dengan pintu berdaun dan ukiran kerawang. Terdapat juga beberapa rumah bercirikan rumah tradisional kota yang menggunakan bahan batu bata di tingkat bawah dan bahan kayu di tingkat atas.

Selain masjid dan rumah tinggal, rumah-rumah kedai yang mengelilingi kawasan ini memiliki keindahan arsitektur yang menarik. Terdapat tiga gaya arsitektur di sini, yaitu arsitektur tradisional, klasik, dan straits eclectic.

Rumah kedai yang berarsitektur tradisional atau permanen awal ini berderet antara Nomor 77-81,Acheen Street. Jenis rumah kedai ini tidak mempunyai lorong kaki lima di tingkat bawah, sedangkan di tingkat atasnya terdapat jendela kayu berdaun.

Jenis rumah kedai Klasik terdapat di alamat Nomor 83-87, Acheen Street. Pengaruh arsitektur klasik tampak pada fasad bangunan seperti tiang bergaya Corinthia di tingkat bawah, pilaster, jendela lengkung, dan ukiran klasik pada dinding. Lorong kaki lima terdapat pada rumah kedai jenis ini.

Sementara arsitektur straits eclectic, yaitu arsitektur campuran berbagai bentuk yang terdapat pada masyarakat sekitar Selat Malaka seperti di Penang, Melaka, atau Singapura tampak pada rumah yang beralamat di Nomor 47-55, Acheen Street. Rumah-rumah kedai ini memiliki lorong kaki lima, tiang pendukung, dinding penghalang (party walls), serta sumur udara di dalam interiornya, sebagaimana rumah- rumah kedai pada permukiman masyarakat selat lainnya.

KOMPLEKS Masjid Lebuh Aceh dan bangunan di sekelilingnya merupakan tanah wakaf yang tidak dapat diperjualbelikan. Secara turun-temurun kawasan ini ditinggali tidak hanya oleh masyarakat Aceh di Penang, tetapi juga dari Arab, Yaman, dan Melayu sendiri. Apalagi letak Lebuh Aceh ini yang berdekatan dengan permukiman dari berbagai bangsa dan etnis. Georgetown memang dikenal sebagai kawasan majemuk yang berasal dari etnis dan agama berbeda. Semua itu hingga kini masih terpancar dari arsitektur bangunan di dalamnya.

Masjid Lebuh Aceh ini semakin istimewa karena tidak hanya berfungsi sebagai basis masyarakat Islam di Penang, namun juga menjadi Jeddah kedua bagi masyarakat serantau yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Kompleks ini senantiasa dipadati jemaah sepanjang musim haji, dan bahkan hampir sepanjang tahun. Perjalanan dengan kapal laut saat itu yang memakan waktu hampir setengah tahun menjadikan kompleks masjid ini didiami pengantar jemaah haji dan selama menunggu jemaah pulang dari Tanah Suci. Begitu seterusnya hingga musim haji berikutnya tiba. Berbagai jenis perdagangan dari mulai rempah ratus, bazar makanan, percetakan buku-buku agama Islam, warung makan, hingga jasa pengurusan haji mengelilingi kesemarakan masjid ini.

Tradisi mengunjungi Masjid Lebuh Aceh sebelum pergi haji kini semakin lama semakin pudar. Keramaian suasana semakin berkurang. Kini Masjid Lebuh Aceh hanya digunakan dua kali shalat Jumat dalam sebulan bergantian dengan Masjid Kapitan Keling yang juga berada di salah satu blok kota lamaGeorgetown ini.

Keberadaannya yang semakin renta menggerakkan sejumlah pelestari warisan budaya untuk memugar masjid ini. Pada akhir dekade 1990-an masjid yang sudah berumur lebih dari 200 tahun ini dipugar dan dikonservasi sebagaimana bentuk aslinya oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan Universiti Sains Malaysia dengan dana dari pihak pemerintah bandaraya Penang. Tidak tanggung-tanggung Gubernur Aceh pada saat itu, Profesor Syamsudin Mahmud, pun turut berkunjung pada saat bangunan dipugar.

Meski demikian, kompleks enklave ini kini masih terus menjadi sengketa. Meski statusnya sebagai tanah wakaf yang tidak dapat diperjualbelikan, letaknya yang strategis di pusat kota dan tingginya nilai lahan di Georgetown ini menjadikan kompleks bangunan di sekeliling Masjid Lebuh Aceh diincar banyak pihak. Isu-isu manajemen tanah wakaf, konservasi, dan kepentingan kapital menjadi mengemuka. Permasalahan ini cukup merisaukan banyak pihak, mengingat kompleks masjid ini merupakan warisan arsitektur sekaligus saksi sejarah bangsa kita di negeri tetangga, Malaysia.

ess7p336ovlu8ovsju9tyc:v7cs9nc83/0w530w3mjmo42onje2il27-yo-27jror:9es8y

Tempat <b>makan</b> menarik <b>Pulau Pinang</b> - Nasi Kandar Tajuddin <b>...</b>

Posted: 08 Dec 2013 04:30 PM PST

Tajuddin nasi kandar

Kalau nak cerita tentang tempat makan menarik Pulau Pinang, memang terlalu banyak. Semua yang best-best kat Pulau Pinang kebanyakkannya adalah nasi kandar. Ramai orang cerita pasal geli mamak nasi kandar kotor, pimai pimai orang Penang tetap pekena nasi kandar juga. Nak buat macam mana sedap bang oooi!.

Pejam mata saja tunjuk kat peta Georgetown, mesti ada kedai makan menarik Pulau Pinang atau nasi kandar best berhampiran. Salah satu yang menarik dan baru saja saya dan kawan-kawan pekena beberapa hari lalu adalah Nasi Kandar Tajuddin Hussain di Pulau Pinang.

Lokasi tempat makan menarik ini adalah di Queen Street. Kalau nak pergi Google saja Queen Street kemudian cari restoran nasi kandar Tajuddin di jalan tersebut. Parkir letak kereta agak susah, jadi jangan risau untuk letakkan kereta sebaik saja ada kekosongan walaupun jauh dari kedai. Keluar kereta berjalan kakipun tak apa...berbaloi!.

Tempat makan menarik Pulau Pinang - Nasi Kandar Tajuddin Hussain

Apa yang kami makan baru-baru ini kat Tajuddin Hussain

Mulanya nak pekena nasi beriani, tapi malangnya semua dah habis. Kami pergi agak lewat sedikit selepas selesai solat jumaat di Masjid Jalan Aceh. Kebetulan ada demo dari perkumpulan yang menamakan diri mereka anak muda Melayu Pulau Pinang depan masjid selepas solat.

Mereka tak puas hati kerana Jeff Ooi kata kucing kurap. Isu kucing kurap itu dirasakan menyentuh sensitiviti orang Melayu dan mereka mau Jeff Oooi mohon maaf. Kalau tidak mereka nak bawa kucing kurap dan anjing kurap pergi ke rumah Jeff Oooi.

Saya lihat ada zamil sekali dalam demo tu. Memang sah mereka geng-geng pembangkang kat Pulau Pinang tu. Zamil tu sering dilihat beri kenyataan hebat bertanyakan berbagai soalan kepada Anwar Ibrahim dalam berita TV3. Tapi nampaknya setakt ini, satu soalanpun Anwar Ibrahim tak jawab.

Anwar buat tak tahu saja. Mungkin dia malas nak layan Zamil yang keluar Umno masuk KITA dan lesap KITA, kemudiannya jadi pejuang Melayu pulak dah!!!. Itu hal depalah. Yang pentingnya kes demo mereka telah membuatkan saya missed nasi beriani Tajuddin hari itu.

Hanya tinggal nasi putih biasa dan juga nasi tomato. Saya pilih nasi putih biasa sahaja. Lauk kami angkat ayam masa ross seketul. Paha itik angsa seketul masak kari dan daging kambing kurma dua ketul. Mamak sediakan kuah rasyam satu jar dan ada papedom satu beg plastik. Sebaik saja datang semuanya tersusun, apa lagi kami suap makan tak panggung kepala lagi dah.

Sehinggalah datang seorang lelaki agak berumur kemasai minta saya belanja dia nak makan. Dia lapar sangat sambil menunjukkan perutnya pada saya. Saya panggil mamak suruh isikan nasi, kuah dan ayam seketul. Tambah satu gelas teh ais...bil saya tanggung. Mamak terus berikan pada lelaki tersebut dan saya lihat dia makan dengan lahapnya.

Untuk memberikan gambaran tempat makan menarik Pulau Pinang yang kami pergi hari itu, saya paparkan beberapa keping gambar lauk dari Kedai Tajuddin untuk tatapan anda.

Tempat makan menarik Pulau Pinang - Nasi Kandar Tajuddin Hussain

No comments:

Post a Comment

Post Popular