Wednesday 12 March 2014

Older Post - Blog Makanan di Pulau Pinang - Blogger - Blog Makanan di Pulau Pinang

Older Post - Blog <b>Makanan</b> di <b>Pulau Pinang</b> - Blogger - Blog Makanan di Pulau Pinang


Older Post - Blog <b>Makanan</b> di <b>Pulau Pinang</b> - Blogger

Posted: 21 Feb 2014 11:05 AM PST

PENANG, orang Malaysia mengejanya dengan ejaan keinggris-inggrisan, Peneng, atau dengan sebutan lengkapnya Pulau Pinang, terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia. Kini tempat itu dapat ditempuh dengan jalan darat dari arah ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, melalui jembatan sepanjang 13 kilometer, atau dapat juga ditempuh dari Medan dengan kapal feri. Penang kini lebih dikenal sebagai kota industri dan mata pencaharian mayoritas penduduknya berhubungan dengan sektor ini. Investasi di Penang yang sangat pesat menjadikannya sebagai salah satu kota terbesar diMalaysia.

Pantai dan alamnya yang indah menjadikan Penang juga dikenal sebagai salah satu tujuan wisata utama di Malaysia. Pernah dikenal dengan julukan Pearl of the Orient, Penang bukanlah pulau asing bagi masyarakat serantau (Nusantara dan sekitarnya). Pusat kota Pulau Penang terletak di pesisir pantai yang dikenal dengan nama Georgetown. Tempat ini hingga kini masih menyisakan eksotisme kota lama, dengan arsitektur dari berbagai bangsa dan etnis.

Salah satu yang menarik adalah enklave Lebuh Aceh di jantung Georgetown, berhadapan dengan enklave Kuil Khoo Kong Si. Lebuh Aceh ini memiliki luas 66.000 kaki persegi dengan masjid sebagai penandanya. Sementara permukiman dan rumah kedai mengelilinginya sehingga membentuk perimeter block dengan masjid dan ruang terbuka di tengah-tengahnya.

Pada waktu itu orang-orang Aceh banyak sekali berdagang di Pulau Pinang, kalau bagi orang yang baharu datang seperti Teuku Nyak Putih, tidaklah akan merasa sunyi, Setelah beberapa hari Teuku Nyak Putih berada di Pulau Pinang, ia telah merasa bahawa dia bukannya sampai di satu tempat yang baharu, melainkan di salah sebuah kota besar di negeri sendiri. (Abdullah Hussain, 1984)

Sejarah masjid dan enklavenya ini berawal dari tahun 1792. Ditandai dengan kedatangan pendirinya, yaitu Tengku Syed Hussain Al-Idid, seorang bangsawan dari Aceh keturunan Arab dari Hadramaut, Yaman, yang kemudian menetap di Penang. Tengku Syed Hussain Al-Idid ini kemudian menjadi pedagang Aceh yang kaya dan sukses ketika Penang baru dibuka oleh Kapten Sir Francis Light pada akhir abad ke-18.

Dengan kekayaan yang dimilikinya, Tengku Syed Hussain Al-Idid dengan bantuan keluarga dan pengikutnya membuka kawasan di Lebuh Aceh. Dia mendirikan masjid, menara, rumah kediaman, deretan rumah kedai, Madrasah Al Quran, dan kantor perdagangan. Bagi masyarakat Aceh khususnya dan Nusantara umumnya, Penang bukanlah sebuah tempat asing. Snouck Hurgronje, ahli ilmu agama Islam yang menuliskan catatan tentang Aceh pada tahun 1892 pun menyatakan bahwa Bagi masyarakat Aceh, Penang adalah gerbang menuju dunia dalam banyak hal, terutama juga untuk memasarkan produk mereka langsung menuju Eropa.

Kejayaan masyarakat Aceh di Penang tidak terbatas hanya pada masa Tengku Syed Al-Idid, tetapi selepas kematian beliau pada pertengahan abad ke-19, perkampungan ini terus berkembang maju dan telah mencapai kegemilangannya hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Teuku Nyak Putih, ayahanda seniman legendaris melayu P Ramlee pun adalah satu di antara banyak orang Aceh yang sukses di Penang.

Keharuman nama para pedagang Aceh di masa silam ini terpancar pula dari keindahan arsitektur masjid ini. Arsitektur Masjid Lebuh Aceh ini cukup unik karena merupakan gabungan dari gaya Moor, China, dan Klasik. Menara persegi delapan yang berada di sisi utara tepat di pintu masuknya berbentuk seakan pagoda China. Sementara gaya Moor terlihat dari lengkung dan juga plester yang menghiasi dinding dan bagian mihrab. Tiang Klasik berukuran besar tampak menghiasi beranda masjid ini yang lebih mirip seperti pendopo masjid-masjid di Sumatera dan Jawa. Sebagaimana masjid-masjid kuno di Nusantara lainnya, di belakang masjid ini berderet makam orang-orang yang berkaitan erat dengan masjid ini, termasuk Tengku Syed Al-Idid sendiri beserta kerabatnya.

Berbeda dengan masjid yang seluruh dindingnya menggunakan batu bata, kebanyakan rumah tinggal di Lebuh Aceh justru mencerminkan rumah tradisional. Bahan dinding didominasi kayu dengan pintu berdaun dan ukiran kerawang. Terdapat juga beberapa rumah bercirikan rumah tradisional kota yang menggunakan bahan batu bata di tingkat bawah dan bahan kayu di tingkat atas.

Selain masjid dan rumah tinggal, rumah-rumah kedai yang mengelilingi kawasan ini memiliki keindahan arsitektur yang menarik. Terdapat tiga gaya arsitektur di sini, yaitu arsitektur tradisional, klasik, dan straits eclectic.

Rumah kedai yang berarsitektur tradisional atau permanen awal ini berderet antara Nomor 77-81,Acheen Street. Jenis rumah kedai ini tidak mempunyai lorong kaki lima di tingkat bawah, sedangkan di tingkat atasnya terdapat jendela kayu berdaun.

Jenis rumah kedai Klasik terdapat di alamat Nomor 83-87, Acheen Street. Pengaruh arsitektur klasik tampak pada fasad bangunan seperti tiang bergaya Corinthia di tingkat bawah, pilaster, jendela lengkung, dan ukiran klasik pada dinding. Lorong kaki lima terdapat pada rumah kedai jenis ini.

Sementara arsitektur straits eclectic, yaitu arsitektur campuran berbagai bentuk yang terdapat pada masyarakat sekitar Selat Malaka seperti di Penang, Melaka, atau Singapura tampak pada rumah yang beralamat di Nomor 47-55, Acheen Street. Rumah-rumah kedai ini memiliki lorong kaki lima, tiang pendukung, dinding penghalang (party walls), serta sumur udara di dalam interiornya, sebagaimana rumah- rumah kedai pada permukiman masyarakat selat lainnya.

KOMPLEKS Masjid Lebuh Aceh dan bangunan di sekelilingnya merupakan tanah wakaf yang tidak dapat diperjualbelikan. Secara turun-temurun kawasan ini ditinggali tidak hanya oleh masyarakat Aceh di Penang, tetapi juga dari Arab, Yaman, dan Melayu sendiri. Apalagi letak Lebuh Aceh ini yang berdekatan dengan permukiman dari berbagai bangsa dan etnis. Georgetown memang dikenal sebagai kawasan majemuk yang berasal dari etnis dan agama berbeda. Semua itu hingga kini masih terpancar dari arsitektur bangunan di dalamnya.

Masjid Lebuh Aceh ini semakin istimewa karena tidak hanya berfungsi sebagai basis masyarakat Islam di Penang, namun juga menjadi Jeddah kedua bagi masyarakat serantau yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Kompleks ini senantiasa dipadati jemaah sepanjang musim haji, dan bahkan hampir sepanjang tahun. Perjalanan dengan kapal laut saat itu yang memakan waktu hampir setengah tahun menjadikan kompleks masjid ini didiami pengantar jemaah haji dan selama menunggu jemaah pulang dari Tanah Suci. Begitu seterusnya hingga musim haji berikutnya tiba. Berbagai jenis perdagangan dari mulai rempah ratus, bazar makanan, percetakan buku-buku agama Islam, warung makan, hingga jasa pengurusan haji mengelilingi kesemarakan masjid ini.

Tradisi mengunjungi Masjid Lebuh Aceh sebelum pergi haji kini semakin lama semakin pudar. Keramaian suasana semakin berkurang. Kini Masjid Lebuh Aceh hanya digunakan dua kali shalat Jumat dalam sebulan bergantian dengan Masjid Kapitan Keling yang juga berada di salah satu blok kota lamaGeorgetown ini.

Keberadaannya yang semakin renta menggerakkan sejumlah pelestari warisan budaya untuk memugar masjid ini. Pada akhir dekade 1990-an masjid yang sudah berumur lebih dari 200 tahun ini dipugar dan dikonservasi sebagaimana bentuk aslinya oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan Universiti Sains Malaysia dengan dana dari pihak pemerintah bandaraya Penang. Tidak tanggung-tanggung Gubernur Aceh pada saat itu, Profesor Syamsudin Mahmud, pun turut berkunjung pada saat bangunan dipugar.

Meski demikian, kompleks enklave ini kini masih terus menjadi sengketa. Meski statusnya sebagai tanah wakaf yang tidak dapat diperjualbelikan, letaknya yang strategis di pusat kota dan tingginya nilai lahan di Georgetown ini menjadikan kompleks bangunan di sekeliling Masjid Lebuh Aceh diincar banyak pihak. Isu-isu manajemen tanah wakaf, konservasi, dan kepentingan kapital menjadi mengemuka. Permasalahan ini cukup merisaukan banyak pihak, mengingat kompleks masjid ini merupakan warisan arsitektur sekaligus saksi sejarah bangsa kita di negeri tetangga, Malaysia.

ess7p336ovlu8ovsju9tyc:v7cs9nc83/0w530w3mjmo42onje2il27-yo-27jror:9es8y

Sambutan Krismas Meriah di <b>Pulau Pinang</b> | iLuvTour

Posted: 30 Dec 2013 05:27 AM PST

Padang Kota Lama, 25 Disember 2013 – Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia menganjurkan Majlis Rumah Terbuka Malaysia (MRTM) Krismas 2013 dalam suasana yang cukup meriah di Padang Kota Lama, Pulau Pinang pada hari 25 Disember yang lalu.

Majlis yang diadakan dengan kerjasama kerajaan negeri Pulau Pinang ini, turut menyaksikan kehadiran YAB Perdana Menteri Malaysia, Dato' Seri Mohd. Najib Tun Abdul Razak, Ketua Menteri Pulau Pinang, YAB Tuan LIm Guan Eng, Menteri di Jabatan Perdana Menteri, YB Tan Sri Datuk Seri Panglima Joseph Kurup serta Menteri Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia, YB Dato' Sero Mohamad Nazri bin Abdul Aziz selaku hos majlis.

Dalam ucapannya, Perdana Menteri berkata semangat perpaduan yang kukuh adalah pra-syarat penting kepada kejayaan pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan."Oleh itu, kita tanpa sebarang prejudis atau buruk sangka, sentiasa menghargai kepentingan perayaan-perayaan yang dirayakan oleh rakyat Malaysia dan mengakui akan memanfaatkannya untuk memperkukuhkan lagi semangat perpaduan, muhibbah dan harmoni yang sememangnya amat sinonim dalam konteks kepelbagaian budaya dan etnik dalam negara ini." kata beliau.

Orang ramai yang hadir berpeluang untuk menyaksikan Karnival Pameran dan Demonstrasi yang bermula sejak jam 10.00 pagi. Antara aktiviti yang disediakan termasuklah persembahan nyanyian, persembahan muzik dan tarian, persembahan buskers, pameran kraf warisan, pameran Visit Malaysia Year (VMY) 2014, demonstrasi pembuatan kad ucapan krismas serta demonstrasi hiasa biskut halia. Selain itu, mereka turut dijamu makanan tradisional rakyat Malaysia terutamanya dari Pulau Pinang seperti Laksa Penang, Kari Kepala Ikan, Char Kuey Teow, Pasembor, Nasi Briyani, Mee Rebus, Kek Buah, Cendol, Teh Tarik, Chappati, Murtabak dan bermacam-macam lagi.

Antara artis yang membuat persembahan adalah Awie, Dato' Jamal Abdullah, Nassier Wahab, Salwa Abdul Rahman, Rahmat MEGA, Suki, Shantel Sahny, Kumpulan Lock-up, Sivakumar, Kumpulan Forteen, Kumpulan Drumline dan Bagpipe, Wakaka Crew dan ramai lagi.

Majlis Rumah Terbuka Malaysia Krismas 2013 adalah antara enam perayaan Majlis Rumah Terbuka Malaysia atau singkatannya MRTM yang terbesar peringkat nasional yang dianjurkan Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia. Selain dari MRTM Krismas, Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan juga turut mengadakan MRTM Tahun Baru Cina, MRTM Tadau Kaamatan, MRTM Gaawai Dayak, MRTM Hari Raya Aidilfitri dan juga MRTM Deepavali.

Adalah menjadi hasrat kerajaan untuk menjadikan majlis ini sebagai medium utama menyemarakkan semangat 1 Malaysia di samping menghasilkan perpaduan, persefahaman, apresiasi seni dan warisan serta menjadi wadah pelancongan yang terbaik untuk negara ini, selari dengan sasaran 28 juta orang pelancong sempena Tahun Melawat Malaysia 2014

<b>makanan tradisional</b> negeri <b>pulau pinang</b> - makanan istimewa <b>...</b>

Posted: 25 Feb 2013 12:01 PM PST

Laksa merupakan sejenis makanan berkuah seperti mi yang popular di Malaysia dan Singapura. Ia dikatakan berasal dari orang Cina yang berhijrah ke Tanah Melayu (Peranakan). Bagaimanapun setiap daerah mempunyai kuah khas yang dimakan bersama laksa memberikan nama yang tersendiri menurut di mana ia disediakan. Laksa Penang amat popular di Pulau Pinang.

Laksa terbaik di Pulau Pinang berbeza-beza mengikut kepada siapa anda bertanya di Pulau Pinang. Sesetengah orang akan memberitahu anda bahawa laksa terbaik adalah di Balik Pulau, manakala yang lain akan memberitahu anda ia adalah di Air Itam. Secara peribadi, saya harus mengakui bahawa saya tidak pernah rasa laksa Balik Pulau lagi tetapi jika laksa itu seperti  laksa Air Itam, rasa kedua-duanya sangat menggerunkan.

Apakah laksa Pulau Pinang? Laksa Pulau Pinang juga dikenali sebagai asam laksa, datang dari pulau Malaysia, Pulau Pinang. Ia dibuat dengan sup ikan kembung dan ciri utama yang membezakan adalah asam atau asam jawa yang memberikan sup rasa masam. Ikan direbus dan kemudian dikisar. Bahan-bahan lain yang memberikan laksa Pulau Pinang rasa tersendiri termasuk serai, lengkuas dan cili. Hiasan makanan biasa termasuklah hirisan pudina, nenas, bawang dihiris nipis, 'ha-ko', petis udang dan penggunaan kantan.

Posted by: Adam Miskan

No comments:

Post a Comment

Post Popular